menjadikan hari ini harus lebih baik daripada hari kemarin

air hujan yang mengalir

langit... mengarak kelabu
lewat awan yang berlalu.
hujan... sampaikan pedih
yang terabaikan lirih.
aku... melukis hati
dengan warna sepi.

rinai hujan, memainkan waktu...
berbisik sungkan, tentang kenangan dulu.
dan ingat, mengajak pesiar...
ke suatu tempat, yang telah tersamar.
aku cuma miris, tersenyum dalam tangis...
rindu ini tak terlukis, hatiku kian teriris.

Sudah,
berlalulah.

Indahnya Alam ini Ya RABB

Indahnya Alam ini Ya RABB

Batapa indahnya alam ini
Laut berombak-ombak
Awan berarak-arak
Udara segar bertiup-tiup

Aku berdiri di atas gunung,
Berdiri di bawah langit
Untuk melihat keindahan alam,
Keindahan dunia

Aku mempertaruhkan nyawa,
bertahan diri di atas gunung
Demi melihat keindahan alam
keindahan ciptaan Tuhan

Berekspresilah

selalu berikan yang terbaik

menulis adalah sesuatu yang mungkin sangat menjenuhkan , dimana tangan kita bekerja ,tetapi jika itu semua di jadikan sebagai hoby rasanya sangat menyenanGkan , saya ingin selalu memberikan sebuah tulisan untuk orang banyak , dan bisa bermanfaat buat orang lain, want to give always the best for the people

mulai ngeblog lagi akhh

Bila kami

Bila kami

Bila kebahagian dan ketenangan ada di sisi-Mu, jadikanlah kami selalu dekat disisi-Mu. Bila kebahagiaan dan ketenangan adanya pada jalan-Mu, jadikanlah kami penempuh jalan-Mu.

Dan bila kebahagiaan dan ketenangan adanya pada pengendalian keinginan dan hawa nafsu, jadikanlah kami sebagai orang-orang yang bisa mengendalikan keinginan dan hawa nafsu.

Wahai Pemilik semua bentuk kebahagiaan dan ketenangan, kebahagiaan dan ketenangan akan menjadi milik kami bila Engkau menghendakinya, maka jadikanlah kami orang-orang yang pantas untuk Engkau kehendaki peruntukannya bagi kami.

Bila melihat kelakuan kami dan amal keseharian kami, maka sebenarnya tak pantas kami hidup bahagia, tak pantas kami hidup tenang.

Tapi bila kami melihat Engkau punya karunia, bila kami melihat Engkau punya ma'af dan ampunan, apalagi bila kami melihat Engkau punya kasih dan sayang, maka bolehlah kami tetap berharap bahwa Engkau akan berikan juga kebahagian dan ketenangan bagi kami.

Engkau adalah Tuhan yang tidak akan membiarkan hamba-Mu menderita sebab kesalahannya, Engkau adalah Tuhan yang tidak akan tega membiarkan hamba-Mu kepayahan sebab dosanya. Sebab rahmat-Mu diatas segalanya.

Menangislah jika tidak bisa berusahalah

Menangis tak selalu identik dengan sosok perempuan. Setiap raga yang memiliki jiwa pasti pernah menangis, setidaknya menangis dalam hati, menangis ketika masih bayi, dan menangis di hadapan Tuhan. Tangisan tidak selalu berarti kerapuhan, kecengengan atau kelemahan seseorang. Jika tangisan bisa melemahkan seseorang, tangisan pun bisa menguatkan ketegaran seseorang untuk berjuang. Dalam kepasrahan yang dalam, tangisan mampu mengembalikan kesadaran seseorang kan fitrahnya sebagai manusia dan hamba Yang Maha Sempurna, sehingga tangisan mampu melarutkan sebuah jiwa dalam doa yang khusyuk, taubat yang sesungguhnya hingga totalitas penyerahan diri kepada Tuhan.

Ini yang disebut tangisan spiritual.Tangisan ini yang senantiasa dicurahkan oleh para Utusan Tuhan serta kaum yang beriman. Menjadi pengantar kesadaran akan ketidakberdayaan, kelemahan dan kelalaian dalam menghamba. Menjadi penutur sujud, penyerahan dan kepasrahan dalam taubat demi mengharap maaf Yang Maha Pemaaf..Ketika Adam dan Hawa diturunkan ke bumi secara terpisah mereka menangis. Tangis taubat sepasang insan ini merupakan refleksi kesadaran dan realisasi sesal atas dosa yang telah mereka lakukan. Robbana Ya Robbana dzolamna anfusana waillam tagfir lana watarhamna lana kunanna minal khosirin. Mereka pun kembali menangis saat dipertemukan dan dipersatukan kembali oleh Yang Maha Pengampun untuk melahirkan generasi manusia. Tangis bahagia mereka menjadi ungkapan rasa syukur atas kebesaran-Nya.

Kita sering menangis ketika hati terluka, curhat__mengadukan sejuta masalah, meminta selaksa kemudahan, memohon segudang rezeki dalam hidup kita atau sekedar menyatakan ketidakmampuan menghadapi cobaan hidup kepada Yang Maha Hiidup. Setelah mengadukan semua kepada-Nya, ada setitik tenang dalam hati, setetes spirit untuk kembali memberdayakan ikhtiar hidup di atas keyakinan akan pertolongan-Nya. Doa, dzikir dan air mata mampu menutrisi hati untuk kembali menafaskan-Nya. Di sanalah fitrah itu berkarya, menumbuhkan rasa sakit, menyisipkan luka dan kecewa, memekarkan kebahagiaan, dalam sebuah tangisan yang bermakna agar kita menyadari eksistensi dan kekuasaan Yang Maha Kuasa. Karena itu, menangis yang utama ialah menangis karena dosa, dan tangis yang sempurna adalah tangisan demi Yang Maha Cinta.

Tuhan tidak pernah menghakimi makhluk-Nya. Segala derita dan kemelut masalah bukan karena kehendak dan takdir semata, melainkan karena perbuatan kita sendiri. Maka, jangan menghakimi sebuah tangisan dan bijaklah menghadapi tangisan karena kita tak pernah benar-benar tahu dalamnya rasa hati seseorang. Biarkan menangis. Jika tak mampu meredakan, diamlah.

Bila tak ingin menyaksikan, tinggalkan sejenak hingga ia menemukan ruang yang tenang. Mungkin ia butuh waktu untuk meluapkan perasaan. Mungkin juga butuh jeda untuk berdamai dengan perasaan dan kenyataan hingga ia mampu untuk mengungkapkan alasan (karena manusia senantiasa mempertanyakan alasan). Itulah bentuk apresiasi atas tangisan, tak perlu selalu dengan kata-kata karena di suatu keadaan sikap dan perlakuan lebih menunjukkan pengertian dan penghargaan. Hidup dan para pemeran cerita kehidupan butuh apresiasi karena dengan mengapresiasi kehidupan kita akan menemukan makna hidup. Memberi apresiasi yang pantas untuk sebuah tangisan pun merupakan wujud memahami dan mengerti hati orang-orang yang kita cintai.

Menangislah, tapi jangan menangisi untuk mempertanyakan keadilan Tuhan dalam ekspresi ratapan, serta reaksi ketidakyakinan atas kebesaran Yang Maha Besar. Dengan atau tanpa air mata, tangis tetaplah tangis yang mengekspresikan perasaan atas kenyataan, atas keadaan

Hati ini milik siapa

pandangan ku lontarkan jauh nun di sana,
merenung kembali perjalanan hidup,
ranjau dan onak yang telah dilalui,
semua berputar sekali lagi dlm mindaku…

Ya Allah… jauhnya aku padaMU,
dalam mengejar cinta seorang bernama insan,
aku kecewakan dan abaikan engkau,
dalam mencari cinta hakiki seorang insan,

aku sering terleka dan lalai,
dalam mencari cinta hakiki seorang insan,
aku sering tersasar meletakkan kasih itu,
dalam mencari cinta hakiki seorang insan,

aku sering mengabaikan ‘cinta’ ilahi Rabbi,
dalam mencari cinta hakiki seorang insan,
aku sering mengabaikan kewajipanku pada ilahi,
dalam mencari cinta hakiki seorang insan,

aku sering melakukan kesilapan dengan dosa-dosa,
dalam mencari cinta hakiki seorang insan,
aku sering berkata ‘ala, dosa kecil jer… ’
dalam mencari cinta hakiki seorang insan,

aku tidak sedar yang dosa ku anggap kecil itulah yang ‘gelapkan’ hatiku,
dalam mencari cinta hakiki seorang insan,
aku buta dalam menilai cinta yg tulus dan ikhlas,
dalam mencari cinta hakiki seorang insan,

aku sering disakiti, dikecewakan dan ditinggalkan…
hatiku milik siapa???
adakah hatiku milik insan yang tidak tetap hatinya?
adakah hatiku milik insan yang cintanya ada batasan?

adakah hatiku milik insan yang cintanya sementara waktu?
adakah hatiku milik insan yang bermusim kasihnya?
adakah hatiku milik insan yang rapuh hatinya pada ilahi?
adakah hatiku milik insan yang tiada KALAM ilahi dalam hatinya?

adakah hatiku milik insan yang leka dengan duniawi?
adakah hatiku milik insan yang lupa akhiratnya?
inikah yang aku mahu letakkan hatiku padanya???…

Ya Allah, Ya Rahman, Ya Rahim…
baru aku sedari yang hatiku begitu jauh dariMU,
baru aku sedari yang hatiku terlalu kotor,
baru aku sedari yang hatiku ini ceteknya keimanan,

baru aku sedari yang hatiku penuh dengan sifat nifak,
baru aku sedari yang hatiku ini penuh dengan bisikan syaitan,
baru aku sedari yang hatiku ini penuh dengan duniawi…

Ya Hayyum, Ya Qayyum, Ya Latif…
ada padaMU sifat kekal…maka kekalkanlah hatiku menuju nurMU
ada padaMU sifat berdiri dengan sendiri… maka kuatkanlah hatiku dlm ranjau duniawi agar ku bisa berdiri dengan kekuatanMU,
ada padaMU sifat lembut… maka lembutkanlah hatiku menuju maghfirahMU…

Ya Allah, Ya Rabbi,
jangan Kau kelamkan hatiku dengan kegelapan dunia kini,
campakkan cahaya hidayahMU ke dalam hatiku,
moga dapat aku berikan sedikit,

cahaya itu buat mereka yang kegelapan,
semoga segala yang ku lakukan hanya untukMU,
hanya untuk merebut kasihMU yang Agung,
hanya untuk mencapai redhaMU,
di dunia dan akhirat….
Ameennn Ya Rabbal ‘Alamin….

saling memaafkan

Saling memaafkan

Jika aku meminta maaf
Bukan karena hari ini Lebaran
Tetapi karena Ridho Allah SWT
Yang telah membukakan pintu kejujuran hati nurani
Untuk mengakui segala khilaf dan alpa
Dengan segenap cemas dan sesal
Aku memohon maaf.

Jika aku memberi maaf
Bukan karena engkau meminta maaf
Tetapi karena sepenuh maaf aku berikan
Setulus hati, seikhlas niatku
Meski tanpa kau minta

Jika aku tak memberi maaf
Bukan karena aku tak mau memberi maaf
Tetapi engkau tak punya salah
Maaf apa yang harus kuberikan?

Satukan tangan,satukan hati
Itulah indahnya silaturahmi
Di Hari kemenangan Kita padukan
Keikhlasan untuk saling memaafkan
Selamat Hari Raya Idul Fitri
Mohon Maaf Lahir Batin

Terimakasih ibu

Terimakasih ibu

Bercucuran air mata jika ku terbayang..

Betapakah besar budi IBUNDA berikan..

Siang malam menderita hingga tak dirasa..

Sungguh besar kasih sayang IBUNDA seorang..

Duhai apakah geranggan budi balasan..

Bagi insan melahirkan membesarkan...

tiada bahagia jika tiada doa puja restu..

Surga Itu di telapak kaki IBU..

Bunga-Bunga Cinta

Bunga-Bunga Cinta

Tak pernah terlintas di benakku
Saat pertama kita bertemu
Sesuatu yang indah tumbuh dalam gundah
Harum dan merekah

Tulus hatimu buka mataku
Tegar jiwamu hapus raguku
Memboncah di hati harapan dan suci
Menyatukan janji

Bunga-bunga cinta indah bersemi
Diantara harap pinta padanya
Tuhan tautkanlah cinta di hati
Berpadu indah dalam mihrab cinta

Tulus hatimu buka mataku
Tegar jiwamu hapus raguku
Memboncah di hati harapan dan suci

Menyatukan janji

Bunga-bunga cinta indah bersemi
Diantara harap pinta padanya
Tuhan tautkanlah cinta di hati
Berpadu indah dalam mihrab cinta

Tak pernah terlintas di benakku
Saat pertama kita bertemu
Sesuatu yang indah tumbuh dalam gundah
Harum dan merekah

Memboncah di hati
Harapan dan suci
Dalam mihrab cinta

Indahnya hidup ini saling berbagi

Arti memberi yang keluar dari hati

Melihat orang memberi sedekah kepada pengemis mungkin pemandangan yang biasa bagi kita.Tapi suatu ketika, ketika saya sedang berjalan menuju apotik Anggrek di Malang, saya melihat pemandangan yang tidak biasa dari orang yang memberi sedekah.
Sore itu saya melihat dua orang anak kecil baru keluar dari sebuah mini market. Sambil melangkah keluar, kedua anak itu sibuk menghitung beberapa keping uang receh, yang rupanya uang kembalian belanjaan mereka.

Ketika mereka melihat seorang ibu tua, dengan pakaian kumal dan wajah sendu yang menatap kosong ke tanah, duduk bersandar di pinggir trotoar, mereka langsung menghentikan langkah mereka. Keduanya langsung sibuk mengumpulkan kepingan receh yang ada ditangan mereka masing-masing itu, lantas anak yang lebih besar menggenggam uang yang telah dikumpulkan itu dan mendekati ibu tua, yang jelas sekali adalah peminta-minta itu.

Menariknya adalah, ibu tua itu ternyata tidak menyediakan wadah untuk menampung sedekah sebagaimana biasanya dibawa para pengemis. Ia juga tidak mengangkat kepala dan tidak mengulurkan tangan dengan nada memelas yang mencoba menarik belas kasihan orang untuk memberi sedekah kepadanya.

Untuk sesaat, anak yang lebih besar itu bingung, mau ditaruh di mana uang yang sekarang ada di genggamannya, yang sudah diniatkan untuk diberikan kepada ibu tua itu. Anak itu mundur mendekati anak yang satu lagi. Mereka berdiskusi sambil berbisik-bisik. Dan tak lama kemudian, bersama-sama mereka mendekati sang ibu tua, mengucapkan sesuatu sampai ibu itu mengangkat kepalanya karena sedang diajak bicara.

Lantas anak yang lebih besar itu menaruh dengan hati-hati kepingan uang receh itu di dekat tangan kanan sang ibu tua yang terjuntai lemas di dekat kakinya yang terlipat itu. Setelah menyempatkan diri mengucapkan pamit, mereka berdua beranjak melanjutkan langkah mereka, berpapasan dengan saya dan dengan tenang melewati saya, yang waktu itu berjalan berlawanan arah dengan mereka.

Dari awal saya melihat mereka berhenti dan berbisik-bisik ketika melihat ibu tua itu, saya sudah melambatkan langkah saya--yang biasanya berkecepatan tinggi. Rasa penasaran saya akan apa yang akan kedua anak itu lakukan tidak sia-sia. Saya boleh menyaksikan pemberian sedekah yang tidak biasa itu. Pengalaman ini berkesan cukup mendalam bagi saya.

Ibu tua itu, meski jelas seorang pengemis, tapi tidak sedang dalam 'tugas' meminta-minta. Namun kedua anak itu merasa ingin memberi; sehingga meskipun tidak ada uluran tangan yang memohon sedekah, bahkan harus menyapa dan menaruh uang sedekah mereka di dekat kaki ibu tua itu (yang 'bau'nya lumayan menyengat hidung; tercium kuat sekali ketika saya melintas di depannya).
Kedua anak itu punya hati yang memberi.

Hati yang jauh lebih ikhlas dari orang-orang yang sekedar melemparkan receh (yang mungkin bagi mereka tidak terlalu berharga, dan tidak merasa terlalu dirugikan bila itu 'dibuang' kepada para pengemis).

Saya malu sekali bila mengingat betapa jauhnya saya dari memiliki hati memberi seperti kedua anak itu. Okelah satu-dua kali saya bersedia merogoh saku, mencari-cari sekeping-dua keping uang receh, dan memberikannya kepada pengemis yang saya lewati. Tapi apakah itu berarti saya punya hati memberi? Jelas tidak. Jelas bukan motif yang seluhur kedua anak itu.


previous Next home

Followers